Pengalaman Umroh Plus Turki bersama Alhijaz Indowisata :
"Sebuah Perjalanan Wisata Rohani"

Pengalaman Umroh Plus Turki bersama Alhijaz Indowisata ane jalani sebagai sebuah perwujudan nazar, setelah sepanjang tahun berdoa (sampai nangis-nangis hampir tiap hari), minta diangkat sebagian permasalahan pribadi ane.

Ga nyangka doa ane dijabah secepet itu, ya kurang lebih setahunlah “ngemis” ke Allah. Padahal 10 tahun sebelumnya udah pernah dikasih kesempatan berangkat umroh dengan dana subsidi babe, tapi mungkin namanya belum dapet panggilan hati, dengan alasan duniawi, ane tunda berangkat umroh waktu itu.

Setelah merasa sebagian masalah pribadi kelar, ane langsung rencanain untuk berangkat umroh, yang niatnya untuk berdoa lagi alias “ngemis jilid dua” di Mekkah mohon sebagian masalah yang belum beres, biar cepet kelar dengan happy ending.

Memilih Paket Umroh Plus Turki Promo di Dunia Maya (Internet)

Untuk langkah pertama dalam mencari Paket Umroh Plus Turki, ane putuskan mencari dan memilih travel umroh dari internet. Kebetulan waktu itu lagi rame-ramenya kasus travel umroh abal-abal macem First Travel, Abu Tour, SBL, dll. Jadi ane harus hati-hati dalam memilih travel yang terpercaya.

Memilih Travel Umroh Terpercaya (versi penulis)

Langkah selanjutnya, dari hasil browsing di internet ane membagi menjadi 4 kategori travel umroh yang harus ane perdalam informasinya :

  1. Travel umroh yang udah cukup dikenal melalui iklan TV dan media massa lainnya,
  2. Travel umroh yang dipimpin oleh ustadz-ustadz yang namanya udah cukup dikenal,
  3. Travel umroh yang direkomendasikan oleh teman maupun kerabat saudara,
  4. Travel umroh yang sebelumnya belum dikenal namanya, tapi informasi perusahaan yang diberikan melalui web-nya dapat dipercaya.

Melalui internet, ane coba bandingkan informasi legalitas atau perizinan perusahaan, jadwal umroh, biaya umroh, dokumentasi perjalanan umroh, sampai alamat gedung atau lokasi travel umroh tersebut.

Setelah membaca dan menimbang, akhirnya ane memutuskan untuk memilih travel umroh yang masuk dalam kategori 4, yaitu sebuah travel umroh yang berlokasi di Jakarta Timur. Alasan utama kenapa ane pilih travel umroh tersebut karena pertimbangan jadwal umrohnya yang pasti, sejak dari ane pertama kali kontak agen umrohnya sampai ke tanggal keberangkatan hanya berjarak sekitar 40 hari.  

Terus terang saja dari segi harga mungkin travel ini bukan yang paling murah, tapi travel tersebut memberikan jadwal umroh yang menurut ane lebih pasti dibanding travel lainnya.

Dan menurut ane semua travel umroh punya plus minusnya masing-masing. Yang pada akhirnya pilihan tergantung pada prioritas kita, apakah biaya, fasilitas hotel umroh, atau pertimbangan lainnya.

Pengalaman Umroh Plus Turki bersama Alhijaz Indowisata

Oh iya, kebetulan paket umroh yang ane pilih adalah Umroh Plus Turki – Istanbul City Tour, alias tamasya keliling kota Istanbul dari pagi sampe sore. Setelah keberangkatan dari terminal 2 bandara Sukarno Hatta, dengan menggunakan Turkish Airline Nomer penerbangan TK57, kami mendarat di Ataturk International Airport Istanbul pada pukul 05.55 waktu setempat.

Hawa dingin bulan Maret langsung menyambut kami di pagi hari, perkiraan suhu diluar bandara sekitar 10 derajat celcius. Tour Leader membimbing kami menuju pintu keluar bandara, dimana Tour Guide Lokal telah menyambut kami.

Pentingnya Pengaturan Bagasi Kursi Roda

Ternyata kami ga bisa langsung keluar bandara, karena dalam jamaah kami yang berjumlah sekitar 70 orang, terdapat sekitar 5-6 orang yang membutuhkan kursi roda.

Karena pada saat boarding di Jakarta, Final Destination untuk Tas Umroh dan Kursi Roda tersebut diarahkan ke Madinah, sehingga ketika setibanya di Istanbul Airport, bagasi berupa kursi roda tersebut tidak dikeluarkan. Alhasil, kita harus berkoordinasi dengan petugas di Istanbul Airport untuk mengambil kursi roda tersebut. Prosesnya lumayan lama, hampir sekitar 3 jam menunggu, akhirnya kita dapatkan kursi roda tersebut.

Kesimpulannya bahwa untuk jamaah umroh plus turki city tour, sebaiknya ketika proses boarding di Jakarta, kita memisahkan Final Destinasi antara tas umroh dan kursi roda tersebut. Jadi tas umroh masuk Gudang transit untuk dilanjutkan ke Madinah, dan kursi roda dapat dikeluarkan di Istanbul Airport.

Alhamdulillah, setelah kursi roda jamaah berhasil diperoleh, kami langsung membawanya ke pintu keluar, dimana para jamaah lainnya dan tour guide local sudah menunggu.

Pengalaman Umroh Alhijaz Indowisata di Lokasi Wisata Turki

Tempat Wisata dalam Paket Umroh Plus Turki City Tour

Dari itirenary yang kami peroleh, tempat wisata yang akan kami kunjungi dalam Paket Umroh Plus Turki City Tour adalah sebagai berikut :

  1. Sarapan pagi di Indonesian Restaurant “Warung Bu Deden”,
  2. Ayyub Al Ansari Mosque (Masjid peninggalan sahabat Sayyidina Ayyub An Ansari),
  3. Golden Horn Bay (Tanduk Emas pinggiran laut Bosphorus),
  4. Old City Walls (peninggalan tembok peperangan Konstantinopel),
  5. Mengunjungi Turkish outlet toko kulit & toko Turkish delight & spice,
  6. Makan siang di Restaurant,
  7. City Tour mengunjungi Blue Mosque,
  8. Hippodrome (Lapangan yang digunakan untuk pacuan kuda dan perang gladiator pada masa Romawi),
  9. Panorama 1453 Museum (Museum kisah perang konstantinopel ) (Kondisional).

Sarapan Pagi di Warung Bu Deden

Tujuan pertama dalam perjalanan Umroh Plus Turki kali ini adalah mengisi perut di Indonesian Restoran “Warung Bu Deden”. Lokasi ini hanya berjarak 200 meter dari Blue Mosque, menu utama yang disajikan salah satunya adalah Nasi dan Sayur Sop dan Sayur Lodeh.

Ayyub Al Ansari Mosque

Setelah program isi perut terlaksana, kami langsung meluncur ke lokasi wisata yang pertama, yaitu Masjid Ayyub Al Ansari. Jarak lokasi dari Warung Bu Deden adalah sekitar 30 menit perjalanan, atau sekitar 13 KM.

Siapakah Abu Ayyub Al Anshari ?

Abu Ayyub al-Anshari (أبو أيوب الأنصاري) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang paling tua sekali. Di antara kemuliaannya adalah singgahnya Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih tujuh bulan di rumahnya ketika datang hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Abu Ayyub hidup pada zaman Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Abu Ayyub meninggal di Konstantinopel ketika tentara Kekhalifahan Umayyah coba menyerang kota itu. Setelah Sultan Muhammad II naik tahta di Istanbul pada tahun 1435, makam Abu Ayyub dipindahkan ke tepi benteng Istanbul, seperti yang diwasiatkannya.

Abu Ayub tidak pernah absen dalam satu peperangan pun. Ia memegang teguh firman Allah SWT,
“Berangkatlah kalian dalam keadaan ringan maupun berat …” (QS at-Taubah [9]:41).

Di masjid ini, Gubernur DKI Anies Baswedan yang didamping oleh Presiden Turki Reccep Tayyib Erdogan, sempat mencium rambut jenggot Nabi Muhammad SAW.

Golden Horn Bay

Untuk tujuan wisata ini kami tidak sempat untuk mengunjunginya, disebabkan karena keterlambatan hampir 3 jam yang terjadi ketika tiba di Istanbul Airport. Namun pihak tour guide local membawa kami melintasi lokasi tersebut tanpa turun untuk mengunjungi dan menikmatinya.

Namun gak ada salahnya kalo kita sedikit mengulas tentang Golden Horn Bay. Golden Horn Bay atau Tanduk Emas (dalam bahasa Turki: Haliç), ialah muara pemisah kota Istanbul. Horn atau Tanduk berasal dari lekukan dalam dari teluk yang menuju ke Barat Laut. Golden atau emas merupakan rujukan puitis terhadap pantulan sinar matahari terbenam yang indah. Ottoman menyebut Tanduk sebagai Haliç, yang dalam bahasa Turki modern adalah istilah geografis untuk “muara”, meskipun dalam bahasa Arab aslinya, itu berarti “jurang”.

Golden Horn adalah muara Sungai Alibeyköy dan Kağıthane (dikenal secara umum sebagai Air Manis Eropa oleh para pelancong Eropa awal abad-abad lalu; bergabung dengan timur laut Eyüp dekat Silahtar), terbentuk ketika perairan Bosphorus membanjiri daerah tesebut.

Golden Horn menjadi pelabuhan utama Istanbul, dapat dikatakan bahwa Golden Horn Bay juga merupakan rute perdagangan di seluruh Bosphorus.

Old City Walls

Old City Walls adalah sebuah Tembok Pertahanan -Benteng- kota pertama Istanbul yang dibangun untuk melindungi Acropolis, dimana terdapat Istana Topkapi saat ini. Dan pada tahap kedua Kaisar Romawi Septimius Severus pada tahun 203 Masehi mendirikan kembali sebuah tembok pertahanan di luar tembok Yunani sekitar 300 meter.

Di antara banyak monumen terkenal di Istanbul, tembok kota berusia berabad-abad terlihat menonjol dengan lingkungan dan konstruksi yang efektif. Mereka membentang sejauh 22 kilometer, membentang dari Laut Marmara ke Tanduk Emas.

Dan pada masa lalu telah mengalami kehancuran sebanyak dua kali sepanjang sejarah mereka. Yang pertama dihancurkan oleh Tentara Salib Latin yang seharusnya menuju ke Tanah Suci pada 1204 dan lagi pada tahun 1453 oleh orang Turki Ottoman yang mencoba menaklukkan kota Konstantinopel.

Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami sekali lagi tidak berkunjung ke lokasi tersebut.

Panorama 1453 Museum

Museum Sejarah Panorama 1453 adalah museum bersejarah di Istanbul yang dibuka pada tanggal 31 Januari 2009. Museum ini menunjukkan penaklukan kota Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantium, oleh pasukan Ottoman Sultan Mehmed “Sang Penakluk” pada tanggal 29 Mei 1453. (Setelah penaklukan, Kota ini dikenal sebagai Istanbul). Museum ini terletak dekat dengan titik di mana Ottoman menembus tembok.

Pameran utamanya adalah lukisan “panorama” 360 ° dari medan perang pada saat dindingnya benteng tersebut dihancurkan, memberikan kesan kepada pengunjung bahwa mereka berdiri di tengah pertempuran. Lukisan itu dibuat dan disajikan sedemikian rupa sehingga pengunjung tampak berada di tengah-tengah ruang besar daripada lingkaran yang berdiameter 38m. Efek suara menambah ilusi – ada suara tembakan senjata, teriakan tentara dan band militer bermain untuk mendesak pasukan.

Turkish Outlet (Toko Kulit “EMELDA”)

Pengalaman Umroh Plus Turki bersama Alhijaz Indowisata makin berkesan dengan mengujungi Toko Kulit “EMELDA”, yang dilanjutkan dengan makan sore dan melanjutkan penerbangan ke Madinah. Perjalanan dari Panorama 1453 Museum ke toko kulit tersebut memakan waktu sekitar 15 menit atau kurang lebih 5 KM. Di toko ini kami disuguhi dengan pertunjukan Fashion Show produk jaket kulit khas industry Turki.

Terus terang, kalo buat ane, ga sanggup ngeliat harga-harga produknya, bisa bikin rambut keriting. Emang sih kualitas premium, tapi harganya pertamax, nendang pooll. Nih penampakan tokonya….

Hippodrome dan Blue Mosque

Untuk Hippodrome dan Blue Mosque, sayang banget kita ga sempet berkunjung kesana, waktunya bener-bener ga cukup. Mungkin lokasi tersebut sengaja kita tinggalkan biar di lain waktu kita bisa kembali ke Turki yang menawan dan mempesona. Dan akhirnya Istanbul City Tour kita akhiri dengan makan sore dan perjalanan dilanjutkan langsung menuju Istanbul Airport. 

Ke Turki ku kan kembali…….Aaamiinn

Wassalam

Scroll to Top